Jumat, 11 Januari 2013

DIJALAN MU


 

DI JALAN-MU
Buku sejarah  yang  usang
Tersentuh oleh tangan yang penuh kasih
Berlahan debu tebal yang menyelimuti menghilang
Terhapus dengan jiwa social dan kemuliaan seorang hamba

Terbitlah cakra wala kehidupan
Dalam naungan samda ilahi
Menciptakan mutiara-mutiara iman dan taqwa di sanu bari yang lara
Bak embun pagi  yang sejukkan hati

Menyusuri setapak demi setapak lorong waktu
Menembus peliknya kehidupan
Melawan ganasnya gelombang
Sang nahkoda terus berlayar


SERUMPUN PERDU
Dihamparan ladang yang tandus
Kering kerontang bagai tak berpenghidupan
Serumpun perdu betapa tangguhnya dia
Tumbuh dan bersemi di antara bokahan bebatuan

Tak ada setitik air yang bisa menjadi penyejuknya
Terik matahari membakar di sepanjang hari
Satu persatu daun kering berguguran
Berterbangan tanpa daya tersapu angin

Namun,dia tetap bertahan dalam nestapa
Mencari  kesejatian diri yang hakiki
Mengukir makna dan arti dalam hidup ini
Memberi rasa kenyang bagi hewan-hewan yang kelaparan.

TAWAKAL
Seberkas cahaya di lautan luas
Meski tak terang cahayamu samar terlihat
Sanggupkah terus bertahan di tengah gelombang yang maha dahsyat

Badai pun datang mengoyak dan menghempas
Luruh ,rapuh dan tergulai
Sayup terdengar,  la khaula wala kuwwata illa billah
Walau tertatih ketegaran itu kembali kokoh berdiri

Dalam puing-puing yang berserakan
Membangun sebuah tahta menempati singasana
Yang berpondasikan peluh dan air mata

TUNAIKANLAH

Di tengah malam yang sunyi senyap
Mata yang terpejam seolah tanpa dosa
Indahnya buaian mimpi yang menyesatkan
Hangatnya selimut yang menyelimuti ragawi

Membuat terlena dalam kenikmatan yang vana
Hembusan sang bayu yang menusuk sukma
Seketika terhenyak dan terjaga di kesadara jiwa
Keheningan yang mencekam bagai rumah yang tak bertuan

Deguk  jantung  yang  tertahan,terasa  sesakan  dada
Beralaskan sajadah panjang yang  membentang
Luruh  bersimpuh  menghadap-MU
Tuli  dan  mati  diri,tengelam  dalam  kepasrahanku




               
               

PUPUS


PUPUS
Malam telah berganti pagi dan kau muncul
Bagaikan mentari yang setia menemani hari.
Kau adalah embun yang sejukan hati…
Kau lukis cerita indah di hatiku…
Tersadar aku  akan rasa ini…
Ini arti cinta yang abadi…
Dalam anganku terukir indah namamu…
Dalam pikiranku hanya kamu yang selalu ku ingat.
Namun rasa itu pupus…
Ketika kau bercerita tentang dia, yang hiasi mimpi…
Tentang dia yang warnai hari…
Tentang dia yang sejukan hati…
Dari matamu terpancar kebahagiaan…
Hatiku tak mampu menahan api kepedihan
Yang begitu bergejolak ini,
Ingin rasaku menyakiti diri ini…
Hingga menetes darah penderitaan
Yangkan ku jadikan pena deritaku
Yang akan ku tulis di langit
Agar semua orang tau besarnya derita
Yang telah kau gores dihatiku

                         


SAYATAN PENGHIANATAN
Gundah menyapu jiwa
Hatiku dibelai delima
Resah seakan melanda sukma
Di saat kau hianati janji
Hilang sudah harapan yang tersisa
Tebawa oleh air mata duka
Cerita cinta yang telah kau ukir di hati
Kini luruh yang ada hanyalah sayatan dusta
Yang membekas di jiwa
Yang akan selalu ku ingat
Hingga akir masaku

                               












TENTANGMU
Aku telah menebak teka-teki yang di buatku
Apa yang terjadi sulit kendalikan anganku
Hanya kau yang selalu teringat….
Senyum, tawa, nasehatmu…
Kenapa hanya hanya itu yang ku dengar meski jauh…
Ku coba hapuskan… tapi terasa indah tuk di ingat
Hariku penuh dengan ceritaku tentangmu
Akirnya biarlah rasa ini berkembang
Meski hanya aku yang tau

                               











KEPERGIANMU
Hatiku seakan berdesir perih
Kala aku teringat kata cinta
Yang terucap darimu
Aku tak sempat bisikan kata sayang
Di saat tubuhku kini kaku
Hanya sesal masih terpendam
Terlalu cepat kau tinggalkan aku
Untuk terakir kainya
Biarlah aku merangakai mahkota
Untuk mengiringi kepergianmu


                               










SAHABAT SEJATI
Sahabat kau adalah pelita di tengah malam
Kau pancarkan cahaya di tengah kegelapan
Di tengah hati yang terbalut penderitaan
Sahabat kau adalah embun di pagi hari
Yang menyegarkan alam semesta kala mentari terjaga
Sahabat kau adalah tempat di mana hatiku selalu berlabuh
Saat sulit ku tebak teka-teki kehidupan ini
Sahabat kau selalu ingatkan saat aku lupa akan keajaiban cinta ilahi
Terimakasih  sahabat atas ketulusanmu                

                               



AKHLAKMU TAK SEINDAH JILBABMU


Indah rasanya tatkala wajah yang ayu terbalut jilbab hingga ke dada, wajah yang ayu nampak berkharisma serta bersahaja. Tentu kiranya jilbab itu menudungi kepala dan hatinya, jilbab yang biasa-biasa saja dan tidak berharga sekalipun nampak indah dipandang dan wajah buruk rupapun jika berbalut jilbab nampak pantas dan enak dilihat. Jilbab tidak akan membuat siapa yang memakainya merasa malu, jelek , dan tidak berharga.


Namun ironisnya jilbab yang terlihat pada era ini hanyalah selimut rambut yang membalut kepala tanpa menyelimuti akhlak dan hati si pemakainya. Wajah-wajah ayu berjilbab namun qolbu dan perilakunya tak berhjab.


Kenapa bisa seperti itu??? Realita sekarang bukan suatu hal yang menakjubkan jika kita melihat para kaum hawa berjilbab namun pada kenyataan nya mereka tak jarang sama seperti halnya yang tidak berjilbab. Jadi masyarakat awam agama menilai berjilbab atau tidak berjilbab itu sama saja. Mengapa demikian ? kita tak jarang melihat akhwat-akhwat berboncengan dengan ikhwan, berdua-dua an, bergandeng tangan dan yang lebih memprihatinkan ber pelukan di tempat-tempat wisata. Siapa yang bisa menjamin kalau mereka mukhrim? Jilbab yang terbalut terkadang tidak menutupi namun melekat sehingga aurat terpampang indah.


Miris jika kita simak betapa jilbab sekarang terlihat tidak berharga, jilbab sebaiknya menjadi benteng agar langkah yang kita tapakan berhati-hati. Jilbab yang membalut juga mengikat sikap dan hawa nafsu sehingga si pemakai bisa mengontrol diri.


Sedihnya ini tidak menjadi suatu hal yang menjadi perhatian, kita yang melakukan tidak terketuk dan merasa degan hal-hal sedemikian, justru menjadi suatu kebanggan jika kita melakukan hal-hal yang demikian. Rasanya jilbab yang membalut kita pun menangis karena nilainya yang indah dan berharga tak jauh berbeda dengan selembar kain yang bisa dilepas kapan saja.


Sakit bila kita mendengar ada orang awam yang berkata bahwa kerudung yang ia pakai hanya menutupi perilakunya yang buruk, hanya sebagai selimut agar dianggap sebagai orang baik-baik. Jilbab terlihat seperti kala indah di depan hitam dipunggung.


Sekarang yang jadi pertanyaan, yang salah jilbab yang dipakai apa si pemakainya ? jilbab tidak akan membawa pemakainya berperilaku serong. Namun mengapa para akhwat yang berjilbab terkadang demikian? Nampaknya ada yang salah dengan tujuan awal berjilbab. Jilbab yang kita pakai tidak sekedar pembalut kepala namun juga sebagai hijab yang menjaga kita dari perilaku menyimpang.


Seandainya ada yang berjilbab namun tidak berhijab pribadinya tentunya bukan salah jilbab yang ia kenakan namun dia sendiri yang menodai jilbab yang ia pakai. Bukan jilbab yang menjadikan kita tidak berharga namun kita sendiri yang tidak menghargai diri kita sendiri.


Jilbab ibarat pagar dimana siapa yang berjalan didalam nya adalah taman-taman indah,terdapat kesejukan, buah-buahan dan istana yang indah. Dimana pagar itu menjaga agar kita tidak tekena rumput liar dan binatang-binatang berbahaya yang nantinya akan melukai kita.


Jilbab ibarat permata jika si pemakai memiliki hati dan akhlakul kharimah dimana jilbab itu menjadikan kita beragama, berbudi, bernurani, dan berkharisma. Dimana perhiasan yang paling indah di dunia ini adalah wanita yang sholehah yang selalu menjaga dirinya, pribadinya, hatinya, hati suaminya dan agamanya. Jadi intinya kita tidak boleh tertipu pada penampila luar dari manusia karena terkadang baik diluarnya belum tentu hatinya. Indah diluar belum tentu indah qolbu nya. Cantik bukan jaminan keindahan akhlak pada diri kita dan jilbab pun bukan jaminan pada ke sholehan pada diri kita.


Semoga jilbab yang kita kenakan adalah cermin dari pribadi dan akhlak kita sehingga kita bisa menghapus kata-kata orang awm bahwa “ Akhlakmu tak seindah jilbabmu” karena pribadi kita yang tidak seiringan dengan jilbab indah yang membalut kepala kita. Dan jilbab yang kita kenakan bukan sekedar selendang namun menjadi perhiasan yang menghiasi pribadi dan akhlak kita sehingga “Jilbabmu , seindah kibaran putih akhlakmu”.


Percayalah bahwa dari akhlakmu yang sholehah akan terpancar kecantikanmu dengan sendirinya. Jangan pernah engkau jadikan jilbabmu sebagai tirai belaka. Karena azab itu terlalu pedih dan tidak ada satu pun yang luput dari mata-NYA. Jagalah jilbabmu seperti kau menjaga kehormatanmu. Jadilah mawar merah yang berduri yang kelihatan indah dipandang namun bisa membentengi diri.


Dunia ini takan abadi, hanya keelokan sesaat yang kita miliki. Jangan terlena oleh tipu daya yang menyesatkan.Adanya cinta yang hadir kepada diri kita adalah anugrah, bawalah cinta ini kejalan yang suci dan penuh dengan ibadah. Janganlah engkau nodai dengan nafsu yang akan merugikan dirimu sendiri. Carilah cinta yang hakiki, ilmu yang manfaat, dan kecantikan lahir maupun batin. Seiring busana muslimah yang kau kenakan, raihlah kemenangan dunia dan akhirat. Ukirlah prestasi dibalik jilbabmu yang akan kau bawa hingga akhir hayatmu.


Bukankah Allah telah berfirman dalam surat An-nur Ayat 31 yang berbunyi:


. وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُوْلِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ


Katakanlah kepada para wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beridman, supaya kamu beruntung.


Hal yang tak mudah untuk kita meraih keridhoan-NYA karena kita dituntut untuk bisa mengendalikan hawa nafsu yang ada di diri kita. Tidak jarang kita harus melawan atau memerangi diri kita sendiri. Membunuh kesenangan, keindahan, yang hanya bersifat duniawi dan jauh dari ridho-NYA. Tapi apalah artinya kesenangan dan keindahan itu jika hanya sesat dapat kita nikmati kalau setelah itu kita harus menanggung azab dari Allah atas kesenangan dan keindahan yang mendapat murka dari Allah. Sadarilah sesungguhnya merugi bila itu terjadi dan menimpa diri kita. Jangan sia-sia kan hidup kita hanya untuk mendapat kepalsuan, manfaatkan lah hidup ini untuk memperoleh kepstian dalam keridhoan-NYA. Biarkan kita berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu,bersenang-senang kemudian. Mari kita berpuasa diri dari segala kenikmatan yang didalamnya ada ke mudzharatan. Sebisa mungkin kita harus jauhi apapun yang akan mendapatkan murka-NYA. Renungkanlah bahwa orang tua, sahabat, saudara, bahkan kekasih, mereka semua akan meninggalkanmu. Hanya dial ah sang Khalik yang tidak akan pernah pergi kecuali kita yang menjauh dari-NYA. Dia tidak pernah membeda-bedakan, hambanya yang membuat kita berbeda di mata-NYA hanya amal ibadah kita.


Menutup aurat adalah salah satu kewajiban umat muslim. Berjilbab adalah budaya kita dalam menutup aurat yang di peruntukan bagi para kaum hawa di Negara kita ini. Dengan berjilbab kita terlihat lebih bermartabat dari pandangan orang yang melihat kita. Diharapkan dengan berjilbab kita bisa memperoleh kehormatan di dunia dan akhirat.


Walaupun manusia diciptakan tiada yang sempurna namun janganlan bosan terus berusaha mendekati titik kesempurnaan itu hendaknya kita memilih jalan hidup kita hanya sesaat ini dijalan yang bertabur dengan maghfirohnya, agar kita dihindarkan dari siksa api neraka. Eloknya jilbabmu yang menghiasi wajahmu jadikan cerminan akhlak dan pribadimu seperti dalam sebuah hadist dijelaskan


”Dalam riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata : Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haidh (akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini, sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR. Abu Daud dan Baihaqi).”






Pakaian wanita ( renungan sebuah hadist )










Saat ini sangat berbeda dengan beberapa tahun silam. Sekarang para wanita sudah banyak yang mulai membuka aurat. Bukan hanya kepala yang dibuka atau telapak kaki, yang di mana kedua bagian ini wajib ditutupi. Namun, sekarang ini sudah banyak yang berani membuka paha dengan memakai celana atau rok setinggi betis. Ya Allah, kepada Engkaulah kami mengadu, melihat kondisi zaman yang semakin rusak ini.






Kami tidak tahu beberapa tahun mendatang, mungkin kondisinya akan semakin parah dan lebih parah dari saat ini. Mungkin beberapa tahun lagi, berpakaian ala barat yang transparan dan sangat memamerkan aurat akan menjadi budaya kaum muslimin. Semoga Allah melindungi keluarga kita dan generasi kaum muslimin dari musibah ini.






Tanda Benarnya Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam






Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,










“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekiandan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)










Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat ini. Hadits ini sangat mencela dua golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamkarena sucinya zaman beliau, namun kerusakan ini baru terjadi setelah masa beliau hidup (Lihat Syarh Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir, 4/275).






Wahai Rabbku. Dan zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan kerusakannya lebih parah.






Saudariku, pahamilah makna ‘kasiyatun ‘ariyatun’






An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun.






Makna pertama: wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya.






Makna kedua: wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah.






Makna ketiga: wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang.






Makna keempat: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)






Pengertian yang disampaikan An Nawawi di atas, ada yang bermakna konkrit dan ada yang bermakna maknawi (abstrak). Begitu pula dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut.






Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)






Al Munawi dalam Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun ‘ariyatun, “Senyatanya memang wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita tersebut mengenakan pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya. Makna lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau mengenakan pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi adalah dia berpakaian, namun kosong dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya, namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk menampakkan keindahan dirinya.” (Faidul Qodir, 4/275)






Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan bahwa makna kasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna.






Pertama: wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang.






Kedua: wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup). Wanita ini sebenarnya telanjang.






Ketiga: wanita yang mendapatkan nikmat Allah, namun kosong dari syukur kepada-Nya. (Kasyful Musykil min Haditsi Ash Shohihain, 1/1031)






Kesimpulannya adalah kasiyatun ‘ariyat dapat kita maknakan: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.






Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini






Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memakaian pakaian tetapi sebenarnya telanjang, dikatakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”






Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini bukan perkara sepele. Dosanya bukan hanya dosa kecil. Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga dan bau surga saja tidak akan dicium. Tidakkah kita takut dengan ancaman seperti ini?






An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘wanita tersebut tidak akan masuk surga’. Inti dari penjelasan beliau rahimahullah:






Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram dan dia pun sudah mengetahui keharaman hal ini, namun masih menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya yang wajib ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka wanita seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk surga selamanya.






Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga untuk pertama kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid, dia nantinya juga akan masuk surga. Wallahu Ta’ala a’lam. (Lihat Syarh Muslim, 9/240)






Jika ancaman ini telah jelas, lalu kenapa sebagian wanita masih membuka auratnya di khalayak ramai dengan memakai rok hanya setinggi betis? Kenapa mereka begitu senangnya memamerkan paha di depan orang lain? Kenapa mereka masih senang memperlihatkan rambut yang wajib ditutupi? Kenapa mereka masih menampakkan telapak kaki yang juga harus ditutupi? Kenapa pula masih memperlihatkan leher?!






Sadarlah, wahai saudariku! Bangkitlah dari kemalasanmu! Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Mulailah dari sekarang untuk merubah diri menjadi yang lebih baik ….